Header Ads

KPB Bionic UNY
  • Breaking News

    Menyusuri Primadona Pantai Ngungap

    oleh Noormalita Megarona

    Heihoo.. ku awali cerita perjalanan dan pengamatan ini. Mungkin bagi sebagian orang cerita ini hanya cerita ga penting yang isinya hanya curhatan orang kurang kerjaan namun beda bagi saya, cerita ini merupakan pengalaman yang berharga dan berkesan untuk saya. Birding kali ini dilakukan di salah satu pantai di Gunung Kidul yaitu Ngungap dan dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2017. 

    Awalnya rasanya masih ragu untuk ikut pengamatan karena masih ngantuk dan lelah setelah malam tahun baru yang tidur sampai pagi, apalagi ditambah harus kumpul di kampus pagi-pagi buta. Tetapi pada prinsipnya kesempatan tidak datang dua kali, So? Kapan lagi kalo bukan sekarang. Akhirnya saya memutuskan berangkat utuk melihat primadona pantai Ngungap yang banyak diperbincangkan itu. Jam 07.00 saya dan beberapa anggota Bionic lainnya berkumpul di depan kebun Biologi untuk persiapan perjalanan di Ngungap. Setelah menunggu dan terus menunggu kedatangan para lelaki yang masih tidur akhirnya kami memutuskan untuk berangkat duluan menju pantai sekitar jam 08.00.

    Pantai Ngungap terletak kurang lebih 1km sebelah barat pantai Sadeng. Untuk menuju pantai ini awalnya lumayan nyaman dengan jalan yang sudah beraspal (dalam hati diriku bergumam, “tumben di pelosok gini jalannya sudah beraspal) namun setelah beberapa meter, Eh.. Jalannya kembali menunjukkan wujud aslinya. Jalan berbatu yang dapat menggoyang pantat dan bikin mata ngga ngantuk lagi. 

    Akhirnya, sampai di Ngungap sekitar jam 10.00. Sesampainya di Ngungap saya disambut oleh bangunan pendopo yang sudah tidak terawat. Karena ini pertama kalinya saya ke Ngungap saya pikir pantai ini sama dengan pantai lainnya yang memiliki garis pantai berpasir, namun ternyata pantai ini hanyalah sebuah tebing tinggi. Walaupun begitu tetap tidak mengurangi pesona pantai ini. Rasa takjub langsung terasa saat melihat jejeran tebing karang yang seolah masih gagah perkasa setelah ribuan kali diterjang ombak. Jejeran tebing-tebing karang inilah yang menyimpan sang primadona pantai. 

    Saat kami tiba, sepertinya sang primadona sedang malas dan malu untuk menampakkan dirinya. Akhirnya kami memutuskan untuk menunggu kemunculan sang primadona pantai ini sambil berfoto-foto ria dan melihat bagaimana cara penduduk sekitar memancing ikan diatas tebing yang sangat tinggi. Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya salah satu dari kami berteriak itu burungnya. Ya benar, sang primadona pantai Ngungap pun menunjukkan betapa cantiknya dirinya, sang primadona ini memiliki nama ilmiah Phaeton lepturus atau yang biasa disebut burung Buntut Sate. Burung buntut sate mengangkasa di atas ombak samudra Hindia dan seolah menunjukkan pesonanya. 

    Burung ini memiliki bulu yang berwarna putih dengan ujung sayap yang berwarna hitam, paruh bewarna kuning dan memiliki ciri khas ekornya yang panjang yang membentu seperti tusuk sate. Karena ciri khas ini lah, burung ini disebut sebagai burung Buntut sate. Kami mengamati 4 burung Buntut Sate dalam ukuran tubuh yang berbeda 3 besar dan 1 kecil. Beberapa dari kami mengabadikan momen yang telah ditunggu itu dan beberapa menggambar serta menulis karakteristik burung ini. Selain sang primadona alias burung buntut sate ini, pantai Ngungap ini juga menyimpan burung walet. Burung-burung ini tinggal di celah-celah karang terbing, mereka tinggal di celah-celah tebing untuk menghindari predator yang mengancam keselamatan mereka. 

    Setelah hasrat kami terpuaskan dengan kemunculan primadona pantai Ngungap ini akhirnya kami memutuskan untuk bergegas meninggalkan pantai dengan sejuta pesonanya ini. Kami pulang dari pantai sekitar jam 2. Sebelum kembali ke kampus maupun kerumah kami mampir dulu ke rumah salah satu kakak kelas kami untuk numpang makan siang hihi. Setelah Adzan Magrib berkumandang para anggota sholat dan setelah selesai sholat maka perjalanan pulang pun dimulai.

    Tidak ada komentar