Header Ads

KPB Bionic UNY
  • Breaking News

    Miniriset: Keanekaragaman Jenis Burung di Area Bukit Klangon

    oleh: Tharik Cesar Kurniawan

    Indonesia memiliki keanekaragaman burung yang cukup tinggi. Alikodra (1980) menyatakan bahwa tingginya keanekaragaman jenis burung di suatu wilayah didukung oleh tingginya keanekaragaman habitat karena habitat bagi satwa liar secara umum berfungsi sebagai tempat untuk mencari makan, minum, istirahat, dan berkembang biak. Berdasar pada fungsi tersebut, maka keanekaragaman jenis burung juga berkaitan erat dengan keanekaragaman tipe habitat serta beragamnya fungsi dari setiap tipe habitat yang ada di hutan kota. Kelestarian burung dapat dipertahankan dengan melakukan konservasi jenis yang didahului dengan berbagai studi atau penelitian tentang satwa tersebut, antara lain mengenai populasi, habitat dan lingkungan yang mempengaruhinya.

    Burung merupakan salah dari komponen ekosistem yang mempunyai interaksi dan saling tergantung dengan lingkungan, sehingga keberadaan burung dalam ekosistem perlu dipertahankan. Gambaran umum mengenai Bukit Klangon yang terletak di Glagaharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman merupakan daerah perbukitan yang asri dan indah alamnya dimana letaknya berada di sekitaran lereng Gunung Merapi yang berjarak kurang lebih 4 kilometer dari puncak Gunung Merapi. Kira-kira 1700 Meter di atas permukaan Laut. Hutan di area Bukit Klangon juga cukup indah untuk ditelusuri.

    Karena belum menemukan dan belum membuat daftar burung yang berada di area Bukit Klangon serta lokasi perbukitan yang juga masih tergolong sepi, menarik perhatian penulis untuk mencatat spesies burung yang ada.
    Berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan, jenis burung di lokasi penelitian teramati terdapat 16 jenis burung dengan rincian terdapat 1 burung yang belum dapat teridentifikasi. Semua jenis burung tersebut terdiri atas 11 famili. Berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan, burung yang paling umum ditemukan adalah Cucak Kutilang (Pycnotus aurigaster). Berdasarkan hasil pengolahan data yang sudah didapatkan, diperoleh: Indeks Dominansi (D) sebesar 0,293; Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) sebesar 1,566; dan Indeks Pemerataan (E) sebesar 0,565.


    Daftar Pustaka:
    • Arumasari. 1989. Komunitas Burung Pada Berbagai Habitat di Kampus UI, Depok. Skripsi Sarjana Biologi FMIPA Universitas Indonesia. Jakarta.
    • Alikodra HS. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. Institut Pertanian Bogor. Bogor. pp.182
    • Alikodra, HS. 2002. Pengelolaan Satwa Liar Jilid 1. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.
    • Dyna, Oktiana & Wedi, Antono. 2015. Keanekaragaman Burung di Lingkungan Unit Pembangkit Indonesia Power (UP IP) Tambak Lorok, Semarang. Semarang: PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON. Vol.1, No. 5:1045-1039
    • MacKinnon, J., K. Phillips, S. van Balen. 1998. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Puslitbang Biologi - LIPI. Bogor.
    • Sawitri, R., Mukhtar, A. S., dan Iskandar, S.. 2010. Status Konservasi Mamalia dan Burung di Taman Nasional Merbabu. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol. VII(3): 227-239.

    Tidak ada komentar